Kamis, 21 Juli 2016

Videografi

A. Pengertian Videografi



 Sebelum kita bahas lebih jauh tentang videografi, mari kita pahami dulu apa itu videografi? ada berapa macam videografi? alat apa saja yang kita butuhkan untuk memproduksi hingga mengemas sebuah karya videografi?

     Videografi adalah media untuk merekam suatu moment/kejadian yang dirangkum dalam sebuah sajian gambar dan suara yang dapat kita nikmati dikemudian hari baik sebagai sebuah kenangan ataupun sebagai bahan kajian untuk mempelajari apa yang sudah/pernah terjadi. Videografi sendiri banyak digunakan oleh berbagai kalangan untuk berbagai kepentingan. Mulai dari individu hingga kelompok. Bahkan setiap negara dapat dipastikan memiliki arsip tentang sejarah negaranya yang berupa video. Seiring dengan perkembangan jaman dan dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi terkini videografi dapat dinikmati dengan berbagai cara dan berbagai format pun ditawarkan oleh para ahli teknologi di dunia. Saat ini ada 2 jenis video yang teredia yaitu analog dan digital.

     Seorang videografer dikategorikan atau mengkategorikan diri menjadi 2, yakni videografer amatir dan videografer profesional. Amatir atau Profesional, sebetulnya hanyalah istilah dan status semata. Sayangnya, seolah ada anggapan jika videografer amatir hasilnya pasti tidak bagus. Dan karena merasa hanya amatiran, seseorang merasa sah-sah saja jika rekaman videonya tidak bagus. Sebaliknya, ada anggapan bahwa videografer profesional pasti bisa menghasilkan gambar-gambar yang bagus. Belum tentu seperti itu.

     Dalam dunia videografi – sebagaimana berlaku juga dalam bidang lain – profesionalisme sebetulnya lebih merupakan prinsip dan itikad bagaimana kita bekerja dan berkarya secara sempurna dengan kaidah, mekanisme dan standar kualifikasi tertentu.

     Para videografer profesional yang menjadikan videografi sebagai sebuah profesi, atau setidaknya yang menyebut dirinya videografer profesional, sebetulnya belum tentu menghasilkan gambar-gambar yang bagus (banyak contoh bisa dilihat di layar televisi, khususnya televisi lokal). Sebaliknya, meski hanya ditujukan untuk kepentingan nonprofit dan sekedar kesenggangan, belum tentu seorang videografer amatir tidak bisa menciptakan gambar-gambar dengan citarasa profesional. Artinya, professional look bisa didapat oleh siapa saja. Kemudahan yang disediakan oleh perkembangan teknologi videografi digital, membuat setiap orang mampu (atau merasa mampu) melakukan apa saja selama piranti tersedia, meski terkadang mengabaikan atau tidak menyadari prinsip-prinsip dasarnya, baik secara teknis maupun estetis.

     Begitu juga dalam hal piranti videografi. Profesionalisme tidak dibedakan oleh jenis kamera yang digunakan. Apakah karya videografi Anda akan berkesan amatir atau profesional, sangat tidak tergantung pada jenis dan standard kamera yang digunakan. Piranti hanya membatasi untuk apa hasil akhir akan digunakan. Inipun tidak mutlak benar. Dalam kondisi tertentu (dalam aktifitas jurnalistik, misalnya), terkadang tujuan profesional dapat dipenuhi dengan piranti videografi amatir (bahkan oleh videografer amatir dengan teknik videografi amatiran). Sebaliknya, meski hanya menggunakan kamera amatiran, Anda tetap bisa menghasilkan gambar-gambar yang menarik dengan citarasa profesional.

B. Teknik - Teknik Pengambilan Gambar Videografi
     Dalam pembuatan sebuah film, banyak sekali unsur-unsur yang harus diperhatikan agar film itu nantinya akan menjadi film yang berkualitas. Salah satu unsur yang sangat perlu diperhatikan adalah pengambilan gambar dengan kamera. Sama dengan Photography, pengambilan gambar (video) dalam pembuatan film memerlukan teknik, tidak asal merekam pada Objek yang dituju. Dengan kualitas teknik yang dikuasai kameramen, maka akan diperoleh angle yang tepat yang akan menghidupkan film itu sendiri. Berikut adalah teknik-teknik dalam pengambilan gambar.
    Teknik - teknik dalam pengambilan videografi adalah :

1. Camera Angle (Sudut pengambilan gambar)
  • Bird eye view : Pengambilan gambar dilakukan dari atas dari ketinggian tertentu sehingga memperlihatkan lingkungan yang sedemikian luas dengan benda-benda lain yang tampak dibawah sedemikian kecil. Pengambilan gambar biasanya menggunakan helikopter maupun dari gedung-gedung tinggi.
  • High Angle : Sudut pengambilan gambar tepat diatas objek,pengambilan gambar seperti ini memeiliki arti yang dramatik yaitu kecil/kerdil.
  • Low Angle : Pengambilan gambar dari bawah objek, sudut pengambilan gambar ini merupakan kebalikan dari high angle. Kesan yang ditimbulkan dari sudut pandang ini adalah keagungan atau kejayaan.
  • Eye Level : Pengambilan gambar ini mengambil sudut sejajar dengan mata objek, tidak ada kesan dramatik tertentu yang didapat dari eye level ini, yang ada hanya memperlihatkan pandangan mata seseorang yang berdiri.
  • Frog Level : Sudut pengambilan gambar ini diambil sejajar dengan permukaan tempat objek berdiri, seolah-olah memperlihatkan objek menjadi sangat besar.
2. Frame Size (Ukuran gambar)
  • Extreem Close-up (ECU) : Pengambilan gambar sangat dekat sekali, hanya menampilkan bagian tertentu pada tubuh objek. Fungsinya untuk kedetailan suatu objek.
  • Big Close-up (BCU) : Pengambilan gambar hanya sebatas kepala hingga dagu objek. Fungsi untuk menonjolkan ekpresi yang dikeluarkan oleh objek.
  • Close-up : Ukuran gambar sebatas hanya dari ujung kepala hingga leher. Fungsinya untuk memberi gambaran jelas terhadap objek.
  • Medium Close-up (MCU) : Gambar yang diambil sebatas dari ujung kepala hingga dada. Fungsinya untuk mepertegas profil seseorang sehingga penonton jelas.
  • Mid Shoot (MS) : Pengambilan gambar sebatas kepala hingga pinggang. Fungsinya memperlihatkan sosok objek secara jelas
  • Knee Shoot (KS) : Pengambilan gambar sebatas kepala hingga lutut. Fungsinya hampir sama dengan Mid Shot.
  • Full Shoot (FS) : Pengambilan gambar penuh objek dari kepala hingga kaki. Fungsinya memperlihatkan objek beserta lingkungannya.
  • Long Shoot (LS) : Pengambilan gambar lebih luas dari pada Full Shoot. Fungsinya menunjukkan objek dengan latar belakangnya.
  • Extreem Long Shoot (ELS) : Pengambilan gambar melebihi Long Shoot, menampilkan lingkungan si objek secara utuh. Fungsinya menunjukkan bahwa objek tersebut bagian dari lingkungannya.
  • 1 Shoot : Pengambilan gambar satu objek. Fungsinya memperlihatkan seseorang/benda dalam frame.
  • 2 Shoot : pengambilan gambar dua objek. Fungsinya memperlihatkan adegan dua orang yang sedang berkomunikasi.
  • 3 shoot : pengambilan gambar tiga objek. Fungsinya memperlihatkan adegan tiga orang sedang mengobrol.
  • Group Shoot : Pengambilan gambar sekumpulan objek. Fungsinya memperlihatkan adegan sekelompok orang dalam melakukan suatu aktifitas.
3. Moving Camera (Gerakan kamera)
  • Zooming (In/Out) : Gerakan yang dilakukan oleh lensa kamera mendekat maupun menjauhkan objek, gerakan ini merupakan fasilitas yang disediakan oleh kamera video dan kameramen hanya mengoperasikannya saja.
  • Panning (Left/Right) : Yang dimaksud dengan gerakkan panning yaitu kamera bergerak dari tengah ke kanan atau dari tengah ke kiri, namun bukan kameranya yang bergerak tapi tripodnya yang bergerak sesuai arah yang diinginkan.
  • Tilting (Up/Down) : Gerakan tilting yaitu gerakan ke atas dan ke bawah, masih menggunakan tripod sebagai alat bantu agar hasil gambar yang didapat memuaskan dan stabil.
  • Dolly (In/Out) : Gerakan yang dilakukan yaitu gerakan maju mundur, hampir sama dengan gerakan Zooming namun pada dolly yang bergerak adalah tripod yang telah diberi roda dengan cara mendorong tripod maju ataupun menariknya mundur.
  • Follow : Pengambilan gambar dilakukan dengan cara mengikuti objek dalam bergerak searah.
  • Framing (In/Out) : Framing adalah gerakan yang dilakukan oleh objek untuk memasuki (in) atau keluar (out) framming shot.
  • Fading (In/Out) : Merupakan pergantian gambar secara perlahan-lahan. Apabila gambar baru masuk menggantikan gambar yang ada disebut fade in, sedangkan jika gambar yang ada perlahan-lahan menghilang dan digantikan gambar baru disebut fade out.
  • Crane Shoot. : Merupakan gerakan kamera yang dipasang pada alat bantu mesin beroda dan Bergerak sendiri bersama kameramen, baik mendekati maupun menjauhi objek.